PJS Entertainment
Present
__________…..~~ooOoo~~…..__________
Title : I’ll Be Your Star (Chapter 5)
Author : Park Jiseon a.k.a Veny Sugandhi
Cast :
-
Henry Lau (Super Junior M)
-
Sun Hyesung (OC)
-
Yesung (Super Junior)
-
Donghae (Super Junior)
-
Chanyeol (EXO-K)
-
Park Jieun (OC)
-
Kim Youjung (Dong Yi)
-
And other
Length : Chaptered
Rating : PG-15
Genre : Romantic
~~Di
larang keras menyalin dan memposting ulang FF ini untuk kepentingan pribadi
atau blog. Itu namanya PLAGIAT dan plagiat pantesnya di buang ke JAM BAND~~
Recommended
Song : Henry – Trap
Warning :
Typo bertebaran dimana-mana!! Jika tidak berhati-hati anda akan tertular
virusnya (?)
Sebelumnya author mau minta maaf karna FF ini
sempat terbengkalai pembuatannya disebabkan oleh author yang hilang mood buat
nulis dan tugas kuliah yang na’udzubillah. Semoga chapter kali ini bisa kalian
terima yaah TT..TT *bow*
__________…..~~ooOoo~~…..__________
Summary :
“Aku seekor burung
yang ditinggalkan didalam sangkar kecil yang disebut dirimu.
Aku bahkan tak bisa
terbang jauh.
Aku semakin lemah
dalam dirimu. Di dalam cinta ini yang selalu tetap hidup.
Oh aku terjebak,
aku terperangkap”
# Henry – Trap #
__________…..~~ooOoo~~…..__________
Sebelumnya…
Hyesung
terus melamun hingga dia tak menyadari bahwa penampilan Henry sudah lama
berlalu. Riuh penonton semakin menjadi-jadi. Hyesung bingung dengan apa yang
terjadi, karena Jieun di sampingnya mulai mengguncang-guncang pundaknya.
Kesadarannya mulai kembali dan dia melihat ke arah panggung. ‘Dimana Henry?’ bisiknya
dalam hati.
“Hyesung-ah,
lihat di sampingmu.” Perintah Jieun. Hyesung pun berbalik.
Hyesung
sangat terkejut begitu melihat orang yang di maksud Jieun tadi adalah...
“Donghae oppa?” yeoja itu mengerutkan keningnya bingung mengapa namja itu sudah
berada di sampingnya menyodorkan karangan bunga yang sangat indah.
TBC
__________…..~~ooOoo~~…..__________
“Ajikddo
naann neooll~” Donghae mengakhiri lagunya dengan menyodorkan sebuah karangan
bunga pada yeoja di depannya yang tampak masih bingung dengan keadaan. Namja itu menatap mata yeoja
itu dan memaju-majukan bunga yang digenggamnya, pertanda dia menyuruh yeoja itu
mengambilnya.
“Ya, Hyesung-ah! Cepat ambil
bunga itu!” pekik seorang siswi dibelakang yeoja bernama Hyesung itu sambil
mendorong-dorong punggungnya. Beberapa detik kemudian yeoja itu seperti
teringat sesuatu lalu tersenyum dan mengambil bunga itu. Ya, itu bunga
kesukaannya. Lily putih.
“Gomawo, oppa” ujar Hyesung
sambil mencium aroma bunga itu lalu Donghae menepuk rambut yeoja didepannya itu
membuat yeoja-yeoja lain sekali lagi menjerit.lain halnya dengan seorang yeoja
yang berdiri dibalik panggung, wajahnya tampak sangat marah.
***
“BRAKK!!” seorang yeoja
berhasil membuat pintu kamar WC yang dingin itu hampir terbuka saking kuatnya
dia mendorong yeoja didepannya. Ekspresi dua orang yeoja lain dibelakangnya tak
kalah garang dibanding yeoja yang mendorong Hyesung tadi.
Ujian telah selesai dan kini
sekolah mulai sepi. Krystal dan teman-temannya mengikuti Hyesung yang hendak ke
WC dan melabraknya disana.
“Ya! Tidak cukup kau menggoda
Henry, sekarang kau tebar pesona pada Donghae oppa lagi?” bentak yeoja berambut
pirang itu.
“Shippalyo! Lihat ekspresi
menjijikkan yang dibuatnya saat menerima bunga dari Donghae oppa tadi” timpal
yeoja berambut hitam.
“Apa maksud kalian?” Tanya
Hyesung tak mengerti arah pembicaraan mereka. Kedua tangannya terkepal.
“Apa? Kau apa bilang maksud
kami?” timpal yeoja berambut hitam tadi. Tampaknnya dia yang paling emosi
disini selain Krystal.
“Krystal-ah, kita beri saja
dia pelajaran.” Timpal yeoja berambut pendek. Yang dipanggil Krystal mengangguk
setuju.
“Ya, kenapa kau tidak bicara
eoh? Kau takut? Kau takut?” Krystal menjambak rambut Hyesung.
“Ya. Lepaskan! Appo!” rintih
Hyesung kesakitan sambil mencoba melepaskan tangan Krystal dari kepalanya.
“Tidak akan!” jawab Krystal semakin mengeratkan genggamannya.
“Pabo! Masih jamankah yeoja
saling jambak?” timpal Hyesung membuat darah Krystal makin mendidih. Yeoja
berambut pirang itu melepaskan jambakannya dan menatap penuh amarah seringaian
yeoja yang baru dijambaknya tadi.
“YEOJA SIALANN!!” Pekik
Krystal sambil mengayunkan tangannya hendak menampar Hyesung. Namun belum
sempat dia menyentuh pipi itu, Hyesung menahan tangannya dan secepat kilat…
“plak, plak, plak” tiga
tamparan berturut-turut berhasil diterimanya dari telapak tangan Hyesung. “Kau
fikir kau siapa, berani menamparku?!” bentak Hyesung tepat diwajahnya membuat
dua yeoja dibelakang Krystal langsung melihat Krystal yang tengah memegang
kedua pipinya yang merah.
“Tangan kotormu itu tidak
pantas menyentuh wajahku” pungkas Hyesung. Matanya berkilat-kilat.
“Ya! Berani sekali kau.” Salah
satu dari mereka kembali berteriak dan menjambak rambut Hyesung. Aksi saling
jambakpun terjadi.
“Prok, prok, prok” suara tepuk
tangan menghentikan aksi jambak-jambakan itu. Keempat yeoja tadi langsung
berpaling melihat siapa orang itu.
“Aku tidak mempermasalahkan
mengapa kalian bertengkar. Tapi, tiga lawan satu itu sangat tidak adil.” Ujar orang
diambang pintu dengan suara tenang. Dia berdiri diambang pintu meneliti wajah
yeoja-yeoja yang tengah berselisih itu. Dua wakil nenek sihir tadi langsung
mundur ke bagian WC yang agak dalam begitu melihat namja itu adalah Donghae.
Donghae masuk menghapiri
Hyesung yang sangat berantakan. “Aigoo, kau berantakan sekali.” Ujar Donghae
sebelum merangkul Hyesung dan membawanya keluar dari WC itu.
Hyesung tersentak melihat
Henry ada diluar WC bersama member The Cupid lainnya. Donghae menepuk pundak
kiri namja berkulit putih itu lalu membisikkan.. “Kau harus menyelesaikan ini
semua.” Setelah itu mengantar Hyesung pulang.
***
@Henry’s House
Hyesung menyisir kasar
rambutnya yang berantakan akibat ulah 3 nenek sihir di WC tadi dengan mulut
yang tak henti – hentinya mengomel. Donghae yang sedang duduk disampingnya
hanya bisa meliriknya diam – diam sambil cekikikan sendiri.
Keadaan ruang tamu Henry yang
sepi membuat suara kedua orang itu terdengar lebih jelas dan terkesan ramai.
Padahal hanya mereka berdua yang ada disitu. Para pembantu sedang di belakang
dan pemilik rumah –Henry- belum pulang. Sepertinya dia masih membereskan
urusannya dengan sang mantan yang maniak itu.
“Yaak!! Oppa malah
menertawaiku” Hyesung semakin mengerucutkan bibirnya dan kata-kata yang keluar
dari mulutnya semakin tidak jelas. Merasa gemas, Donghae mecubit bibir atas
yeoja berpipi tembem itu.
“YAAAAAAAAAAAA…..” Si pemilik
bibir pun semakin keras berteriak dan Donghae tertawa dengan lepas.
“Kebiasaan lamamu belum hilang”
ujar Donghae di sela tawanya.
“Ada sesuatu yang ingin aku
tunjukkan, oppa” kemudian Hyesung mengubek-ubek tasnya dan menyodorkan secarik
kertas berwarna pink. Donghae melihat tulisan yang sangat dikenalnya. Tulisan
Yesung….
Donghae meletakkan kembali
kerjas itu dimeja setelah selesai membacanya. Hyesung menggeleng-gelengkan
kepalanya.
“Aku sama sekali tidak
mengerti apa maksudnya!” Hyesung kembali mengambil kertas itu dan melihat
secara seksama barisan huruf yang mulai pudar itu.
“Walaupun sudah membacanya
ribuan kali sampai mulutku berbusa, aku tetap tidak mengerti apa yang dia
maksud” Hyesung mendesis. “Orang yang pertama kali berkata menyayangiku, orang
yang berkata akan selalu ada untukku, orang yang berkata tidak akan
meninggalkanku, malah menjadi orang pertama yang meninggalkan aku”
Donghae menatap yeoja
didepannya itu dengan nanar. “Apa hanya dia namja yang ada di hatimu?”
“Mwo?” Hyesung mengerutkan
dahinya. “Maksudmu?”
#Flashback
Seperti biasanya di jam
seperti ini Yesung, Hyesung, dan Donghae baru pulang sekolah. Mereka berjalan
bersama sambil bercerita kejadian-kejadian menyenangkan yang mereka alami di
sekolah tadi. Terlihat jelas bahwa kedua anak laki-laki yang mulai menginjak
remaja itu sangat melindung Hyesung. Sebab gadis berkuncir kuda itu yang paling
bungsu diantara mereka bertiga.
Hyesung berlari-lari kecil dan
berjarak sedikit didepan mereka. Tidak sengaja Hyesung terjatuh. Donghae dan
Yesung langsung bergegas melihat keadaan Hyesung yang lututnya sudah berdarah
dan telapak tangannya memar.
“Aigoo, Sungie-ya.
Gwaenchanayo?” Tanya Yesung panic.
“aphayo, Oppa” jerit Hyesung
kesakitan.
Donghae langsung melepaskan
tasnya dan membungkuk. “Yesung-ah, naikkan dia dipunggungku!” Tanpa menunggu
lagi Yesung langsung membantu Donghae menaikkan Hyesung yang masih menangis
dipunggung Donghae. Begitu merasa pas, Donghae langsung berlari menuju rumah
dengan Yesung yang mengikuti dari belakang.
Sesampainya dirumah ibu
Hyesung bingung mengapa Donghae menggendong Hyesung dan langsung memberikan
tempat duduk untuk Donghae meletakkan Hyesung.
“Ahjumma, tadi saat perjalanan
pulang Hyesung tidak sengaja terjatuh. Lihat, lututnya bedarah.” Lapor Donghae
dengan nafas yang tersengal-sengal. Yesung langsung masuk rumah mencari kotak
P3K.
“Aigoo jagi, lain kali kalau
berjalan hati-hati. Lihat oppadeulmu begitu panic.” Ujar Ibu muda yang begitu
cantik itu. Senyumnya begitu hangat dan menenangkan.
“Mianhae eomma, aku tidak bisa
menjaga Hyesung dengan baik.” Sesal Yesung. Ibu muda itu hanya tersenyum dan
mengelus rambut Yesung dengan sayang.
“Tidak apa, nak. Salah Hyesung
sendiri kan yang tidak hati-hati.” Jawabnya sambil membersihkan luka anak
perempuannya.
Keesokan
harinya
Dengan lutut yang masih
terbungkus kain kasa, gadis manis berumur 9 tahun itu berjalan perlahan
menyusuri koridor dengan coklat ditangannya. Siapakah yang memberinya coklat?
Atau malah dia yang ingin memberikan coklat kepada seseorang?
Senyumnya langsung mengembang
begitu melihat seorang anak laki-laki tengah duduk sendiri sambil membaca buku.
“Donghae oppa!!” panggilnya.
Yang dipanggil langsung
menoleh dan tersenyum sumringah begitu tahu yang datang adalah Hyesung.
“Apa yang kau lakukan disini?”
Tanya Donghae heran, pasalnya ini bukan area kelas Hyesung.
Tanpa menjawab pertanyaan
Donghae, Hyesung langsung duduk disamping laki-laki berambut kecoklatan itu.
“Donghae oppa, kemarin kau keren sekali! Apa kau mau menerima ini?” dia
menyodorkan sebuah coklat.
“Wah, coklat. E…!” seru
Donghae kegirangan tapi Hyesung cepat-cepat menutup mulutnya.
“Jangan sampai ketahuan
siapa-siapa, oppa” bisik Hyesung.
“Waeyo? Apa ini coklat
curian?”
“Aiss… aniyo. Coklat ini
special.” jawab Hyesung malu-malu.
“Apa maksudnya special?
Bukannya ini yang banyak dijual di minimarket?”
“Aiss… pabo!!” pekik Hyesung.
Donghae malah tertawa.
Pantang menyerah, Hyesung
bicara lagi “Oppa keren sekali saat menggendongku kemarin. Aku tahu ini tidak
benar, tapi apakah kau mau menjadi namjachinguku?”
Donghae terdiam dan beberapa
detik kemudian dia tertawa lagi. “Aigoo.. Hyesung-ah, anak kecil tidak boleh
pacar-pacaran dulu. Belajar saja dulu yang rajin. Oke? Tipe idealku bukan
seperti Hyesung.”
Dengan wajah memerah Hyesung
berdiri dan pergi meninggalkan Donghae. “Loh, coklatku?”
“Tidak jadiiii!! AKAN KUMAKAN
SENDIRI” teriak Hyesung tanpa berbalik. Donghae kembali duduk dan merenung
mengingat kejadian kemarin setelah mengantar Hyesung pulang.
Setelah luka Hyesung
dibersihkan dia langsung tertidur pulas. Donghae belum kembali di rumahnya, dia
menyempatkan diri bermain di kamar Yesung. Sebagai sahabat sudah biasa dia
sepeti ini.
Saat sedang mencari
komik-komik yang ingin dibaca di rak buku Yesung, Donghae tidak sengaja
menemukan kotak coklat besar berada diatas rak buku bertuliskan ‘I Love You’.
Penasaran, Donghae mengambilnya dan bertanya. “Wah, coklat untuk siapa ini
Yesung-ah. Sepertinya enak, aku makan ya?”
Secepat kilat Yesung langsung
menyambar kotak coklat yang ditangan Donghae itu. “Sssssstttt… ini untuk
Hyesung” bisik Yesung ditelinga kiri Donghae.
“Mwo!! Untuk apa kau
memberikan saudaramu coklat bertuliskan ‘I Love you’” Tanya Donghae heran.
Yesung hanya tersenyum.
“Jadi seperti ini, aku dan
Hyesung bukan saudara kandung. Saat kecil ibu Hyesung mengadopsiku menjadi
anaknya. Jadi kami tidak ada hubungan darah sama sekali, jadi boleh dong”
Donghae manggut-manggut bercampur bingung mendengar perkataan Yesung.
Sebenarnya bukan
manggut-manggut biasa. Jauh didalam sana, terasa hancur. Ternyata dia dan
sahabatnya menyukai orang yang sama.
#Flashback END
Donghae menarik nafas
sebanyak-banyaknya. “Kata-kataku saat itu, bolehkah aku menariknya kembali?”
Hyesung menatap wajah namja disampingnya itu.
Jika selama ini kalian
berfikir Yesung adalah cinta pertamanya itu salah. Sebenarnya sebelum
benar-benar mengetahui perasaanya terhadap Yesung, Hyesung lebih dulu menyukai
Donghae. Tapi seiring waktu berlalu Hyesung menyadari bahwa perasaanya terhadap
Donghae mungkin hanya sebatas kekaguman terhadap sosok Donghae yang selalu
sigap setiap dia memiliki masalah.
“Aku memang pernah menyukaimu
Oppa. Tapi, aku masih sangat muda saat itu aku hanya tidak bisa membedakan mana
mengagumi dan mana mencintai. Dan…” Hyesung menggantungkan kata-katanya.
Donghae menegakkan cara
duduknya bersiap mendengar apa kelanjutan dari kalimat Hyesung. “Aku bukan
tipemu. Aku terlalu mencintai Yesung oppa” Hembusan nafas frustasi terdengar
dari namja itu.
“Baiklah, aku tidak bisa
memaksakanmu sekarang. Tapi, bisakah kau memikirkannya lagi?” Donghae menatap
manik mata Hyesung begitu lekat. Berharap masih ada harapan untuknya jika dia
harus menunggu lagi. Hyesung hanya bisa menunduk, mempertimbangakan apa yang
harus dia katakan. Dia juga tidak bisa memungkiri bahwa dulu Donghae pernah
mengisi hatinya. Tapi semua itu menghilang karena telah dipenuhi oleh Yesung.
Seluruh hati dan dunianya telah diambil alih oleh Yesung.
“Aku tidak bisa berjanji”
jawab Hyesung akhirnya. Jawaban itu cukup membuat perasaan Donghae lega.
Meskipun itu bukan berarti Hyesung menerima perasaannya tapi ini bisa menjadi
alasan untuk menunggu bukan?.
***
Sejak kejadian labrakan di WC
waktu itu Hyesung kembali ke kehidupan semulanya. Hidup dengan tenang tanpa
gangguan fans Henry yang bertingkah berlebihan seperti Krystal dkk. Terlebih
dia terbebas dari tingkah manja Henry yang membuatnya ingin muntah.
Mulanya, sekolah sempat heboh
saat mengetahui hubungan mereka yang hanya sandiwara. Tapi bukan Henry namanya
kalau tidak bisa meredakan berita yang dibuatnya sendiri. Cukup dengan senyum
manis dan kata-kata yang ditambahkan sedikit bumbu penyedap maka semua selesai!
Karena sandiwara itu pula
Hyesung dan Jieun jadi akrab dengan semua member The Cupid. Jika sebelum
kejadian itu saat istirahat dia hanya berdua dengan Jieun menikmati makanan
mereka dikantin, tapi sekarang ada Chanyeol, Tae-ik, Jeremy, Shinwoo dan Henry
“Hey, kalian tahu? Tiga hari
lagi Henry ulang tahun” Jeremy angkat bicara.
“Ya!! Tutup mulutmu!” bentak
Henry langsung. Dia tidak ingin terjadi sesatu yang menurutnya berlebihan di
ulang tahunnya nanti. Menurutnya ulang tahun bukanlah sesuatu yang penting.
Karena ulang tahun atau tidak, orang tuanya tidak pernah memberinya selamat
atau hanya sekedar menelepon jika mereka ada di luar negeri. Mereka terlalu
sibuk mengejar uang.
Jieun yang heboh langsung
menanggapi “benarkah, Oppa?” saking hebohnya dia sampai mencondongkan tubuhnya.
“tanggal berapa ini?” Shinwoo
yang notabenenya pendiam juga ikut bertanya.
“Ah!! Kenapa aku bisa lupa?”
harinya sudah dekat ternyata. “Belum ada apapun yang aku persiapkan” Chanyeol mendengus.
“memangnya apa yang ada
dipikiranmu selain stick drum ha” Henry menimpali.
Hyesung berpikir sebentar.
Tiga hari lagi ulang tahun Henry dan mereka tinggal serumah, masa tidak ada
perayaan untuk dia? “Serahkan semuanya padaku” akhirnya Hyesung angkat bicara.
Henry semakin frustasi mendengar kata yeoja didepannya ini.
“Apa yang bisa diserahkan
padamu? Pasti tidak akan ada yang beres” Henry mencibir sendiri tapi tidak ada
yang menghiraukan.
Semuanya menatap Hyesung
heran. “Yaa! Ku kira kemarin ada yang bilang ‘tidak ingin berurusan dengan
Henry lagi’, tapi kok…” Hyesung cepat-cepat menutup mulut Jieun yang seperti
ember bocor itu. Hyesung menatap satu persatu wajah namja-namja yang ada disitu
dengan canggung.
“Begini, bagaimana kalau kita
adakan acara barbeque di rumah Henry?”
“Ah! Saran yang bagus,
Hyesung!” Tae-ik ikut menimpali. “ini hari kamis, berarti ultahmu hari minggu
kan?”
“Aiss… lupakanlah soal
barbeque – barbequean di rumahku! Aku tidak mau.” Henry menyenderkan kepalanya
di sandaran kursi.
“Andwae! Kau tidak boleh
begitu kawan” ujar Chanyeol lagi. “pokoknya minggu sore harus ada acara!!
Hahahaha” tawa Chanyeol menggelgar diakhir kalimatnya.
“Aiss jinjja!! Terserah
kalian!!” Henry melengos pergi.
“Ya! Kau mau kemana? Habiskan
dulu makananmu” panggil Shinwoo dan Jeremy. “Aku tidak selera lagi” jawabnya
malas.
“Itjana! Apa yang harus aku
persiapkan?” Tanya Chanyeol dengan suara yang dikecilkan. Sepertinya dia yang
paling antusias disini.
“Kalian cukup menyiapkan
kuenya saja. Urusan daging dan lain-lainnya biar aku dan bibi Gong yang
menyiapkan” saking semangatnya Hyesung sampai berbicara tanpa memikirkan bahwa
dia punya rahasia.
“Bibi Gong? Bukankah dia
pembantu keluarga Henry?” Tanya Jeremy menyadari. Semuanya langsung menatap
Hyesung penuh Tanya.
Hyesung langsung tertegun ‘ah!
Kenapa aku bisa keceplosan’. “Ah! Iya,.. bibi Gong memang pembantu Henry”
jawabnya terbatah-batah.
“Kenapa kau bisa tahu?” kini
gantian Tae-ik yang bertanya. Hyesung sudah seperti terdakwa yang bersalah di
pengadilan sekarang.
Hyesung bingung harus menjawab
apa. ‘ ayo Hyesung! Apa alasanmu’
“Ah! Itu hehe…, waktu aku
masih pura-pura pacaran dengan dia, hehe… aku sempat kerumahnya dan bertemu
dengan… bibi Gong. Hehe” jawabnya canggung yang diselingi cengengesan. Semua
tampak mencerna perkataannya. “Ah, betul juga! Waktu itu kan sandiwara kalian
bahkan seperti sungguhan. Jadi bisa saja kau kerumahnya” ujar Jeremy yang di
iyakan oleh yang lainnya kecuali Shinwoo.
‘Huftt… syukurlah mereka
percaya.’ Bisik Hyesung dalam hati.
@Henry’s House
Minggu siang, 11:37 AM
Henry melangkah santai menuju
kolam renangnya yang sejuk. Berenang sebentar untuk mendinginkan tubuh mungkin
menyenangkan. Sebelum melompat ke kolam, dia melihat Hyesung mondar-mandir ke
dapur.
“Hyesung-ah! Kenapa
mondar-mandir dengan kantong-kantong itu, eoh?” tegurnya.
Hyesung diam sebentar menengok
kearah Henry. “Ini untuk sebentar sore” jawabnya dan melanjutkan aktivitasnya.
“Ya!! Aku sudah bilang, kalian
tidak perlu melakukan itu. Walaupun gagal, kejutanmu semalam sudah cukup.” Kata
Henry sambil menanggalkan kaos oblong hitamnya. Semalam Hyesung berniat
menakut-nakuti Henry beberapa menit sebelum tepat pukul 12 malam dia
menggunakan kain gorden dan berpura-pura menjadi hantu perawan sambil menggigit
pisau plastik dan mengetuk pintu kamar Henry – untuk memberi ucapan selamat
ulang tahun – tapi begitu Henry membuka pintu dan belum sempat mengekspresikan
rasa kagetnya, Hyesung malah menginjak kain gorden yang dia pakai dibagian
depan hingga membuatnya terjungkal mengenaskan tepat didepan kaki Henry.
Hyesung yang sedang menenteng
kantong-kantong besar menghampirinya sambil nyengir kuda.
“Daripada kau cerewet seperti
ikan di kolam kesayanganmu ini, lebih baik kau bantu aku mengambil
barang-barang untuk birthday partymu dari mobil sebelum aku menabur benih
teratai disini.” Hyesung meletakkan kantong-kantong tadi tepat didepan kaki
Henry lantas dia melengos ke kursi malas yang berada ditepi kolam sambil menatap
sinis Henry.
Henry membalas tatapan itu tak
kalah sinis. “Yaa!! Kau yang berinisiatif mengadakan itu, kenapa harus
menyuruhku membantumu??!!” kata Henry sebelum Hyesung bersiap-siap memparkan
sendalnya.
Minggu malam, 07:48 PM
Suasana pekarangan rumah tuan
Lau malam ini sedikit ramai. Terdapat beberapa kursi plastik dan meja berukuran
sedang dibagian sisi kanannya. Shinwoo baru saja datang dengan kado kecil
berwarna coklatnya. Dia langsung memberikannya pada Henry yang masih duduk
dikursi malasnya dengan flat facenya yang menggemaskan.
“Saengil chukkaeyo, bro!” ucap
Shinwoo sambil menepuk pundak namja yang sedang kesal itu lalu menghampiri Tae-ik.
Dia –Henry– masih bersikeras
tidak ingin mengadakan acara apapun. Dia sudah terbiasa berulang tahun tanpa
acara apapun. Terakhir ulang tahunnya dirayakan saat dia berumur 7 tahun itu
pun tanpa ayahnya. Tapi memang dasar Hyesung si super kepala batu yang tidak
bisa ditolak keinginannya ditambah lagi manusia-manusia didepannya ini –Tae-ik,
Jeremy, Jieun, dan Shinwoo– yang mudah dipancing membuat keinginannya hanya
angin lalu.
Sementara ini yang datang baru
4 orang. Tae-ik dan Shinwoo sedang mengurus alat pembakar sementara Jeremy dan
Jieun sedang mojok berdua. Akhir-akhir ini mereka semakin dekat, sepertinya
sebentar lagi akan jadian. Yaah, walaupun Jieun itu fans berat Henry tapi dia
masih punya akal sehat untuk tidak menunggu namja itu selama hidupnya “Jeremy
juga imut kok” itu katanya. Sedangkan Chanyeol? Tae-ik baru saja meneleponnya,
dia bilang dia masih dalam perjalanan mau menjemput seseorang. Semua
bertanya-tanya, seseorang siapa yang dia maksud? Tapi dia hanya bilang
“Rahasia” membuat Henry semakin dongkol.
Lalu Hyesung? Dia sedang sibuk
bersama Bibi Gong di dapur. Jangan tanya bagaimana kagetnya Jeremy, Jieun dan
Tae-ik yang kaget melihat Hyesung yang membukakan pintu untuk mereka. Mereka
sampai-sampai membuat pintu rumah itu seperti meja persidangan. Untung saja
Hyesung beralasan kalau dia memang datang lebih awal untuk bantu-bantu.
“Berapa lama lagi kita harus
menunggu Chanyeol?” tanya Henry sambil mengutak-atik HPnya membaca SMS dari
para fansnya dengan malas tanpa berniat membalasnya satupun. Dia lebih
menyayangi pulsanya.
“Mungkin sedikit lagi.” Jawab
Hyesung “Haaaaallllloooooowwwww semuaaaaaaaaa!!!!” berbarengan dengan suara
Chanyeol yang menggelegar.
*Krik kriiik krik*
Suaranya yang menggelegar itu
malah membuangkam mulut semua orang yang ada disitu. Mereka terpaku atau entah
apa namanya karena melihat makhluk yang sangat tak ingin dia hadir malam itu.
Dia berdiri disamping Chanyeol dengan wajah sombongnya sambil memegang sebuah
kotak biru berpita kuning keemasan.
“Krystal?” ucap Henry, Tae-ik,
dan Jermy berbarengan. “HEH!! MAU APA KAU KE SINI YEOJA GILA!!!” semprot Eunji
langsung. Krystal langsung mundur bersembunyi dibelakang Chanyeol.
“Eh.. eh.. eh.. chankamhanyo,
chingudeul! Aku bisa menjelaskan ini” Chanyeol gelagapan. “Menjelaskan apa?
Jelas-jelas dia akan mengacaukan barbeqeu kita” sembur Jermy.
“Tapi, tapi,” Chanyeol masih
berusaha ingin menjelaskan. “Chanyeol kau gila?” kali ini Henry yang angkat
suara. Hyesung hanya diam melihat yeoja yang masih bersembunyi dibelakang
Chanyeol yang tinggi itu. Tangannya mengepal masih teringat kejadian di kamar
mandi waktu itu.
“YYAAAA!!!! DENGARKAN DULU
PENJELASANKU!!” Chanyeol teriak. Seketika semuanya diam. Dia menatap mata semua
teman-temannya satu per satu. “Begini, sebenarnya aku tidak mau membawa dia
kesini..”
“KAU DENGAR ITU!!” potong
Eunji lagi. “Eunji tolong kau diam.” Shinwoo akhirnya angkat bicara. Eunji
langsung menundukkan kepalanya.
Chanyeol berdeham sebelum
melanjutkan. “Sebenarnya saat kejadian di WC itu, setelah Henry berbicara
dengan Krystal aku diam-diam mengikuti Krystal sampai ke belakang sekolah. Di
sana dia menangis sendiri dan aku mencoba menenangkan dia, aku bertanya mengapa
dia melakukan itu. Lalu tangisnya malah semakin pecah.”
“Mianhae, Hyesung-ah” pinta
Krystal sambil menatap Hyesung yang berdiri sekitar 4 meter dihadapannya. “Aku
melakukan itu karena aku tidak suka Hyesung yang sudah menjadi pacar Henry
malah menerima bunga dari namja lain. Aku bisa menerima mereka menjadi pasangan,
tapi aku tidak bisa menerima kalau Henry dikhianati.”
Hyesung dan Henry saling
bertatapan. Ada perasaan tidak enak diantara mereka. Mereka merasa malu telah
membohongi orang-orang seperti ini.
“Sungguh, hari itu aku sangat
marah sampai tidak bisa menguasai diriku. Henry-ah, Hyesung-ah, jebal
mianhaeyo.” Wajah Krystal yang selalu dihiasi dengan tatapan angkuh kini
berubah drastis. Apa itu? Ekspresi itu, apa dia... bersungguh-sungguh? Seperti
inikah Krystal yang...
“Ayolah kawan, maafkan dia.”
Pinta Chanyeol sambil menatap Henry dan Hyesung bergantian. “Aku jamin dia
tidak akan mengganggumu lagi”
“Apa yang membuatmu menjamin
dia tidak akan menggangguku lagi?” tanya Henry.
Chanyeol hanya tersenyum dan
mendekap Krystal mendekat kearahnya. Semua orang bingung dengan jawaban
Chanyeol itu. “Sejak kejadian itu aku dan dia semakin dekat daaan..” Chanyeol
menggantungkan kata-katanya membuat semuanya semakin bingung.
“Kami baru saja jadian!!”
sambung Krystal yang disambut kata “haaaa?” dari semua orang ditempat itu.
Chanyeol hanya memamerkan deretan gigi putihnya. Jermy, Tae-ik, dan Shinwoo
langsung berhambur memeluknya dengan gaya ala cowok macho khas mereka.
“Aku kira kau akan menjomblo
seumur hidup hahahaaa..” seru Tae-ik seketika.
“Kau hebat, bro!!” ujar Jermy
sambil mengacak-acak rambutnya.
“Selamat ya!” Shinwoo memberi
selamat.
Henry hanya menggeleng kepala
melihat tingkah keempat temannya itu dan kembali berselonjor di kursi malasnya.
Hyesung dan Eunji hanya acuh tak acuh melanjutkan kegiatan mereka yang sempat
tertunda.
Hyesung berbalik lagi menatap
namja-namja itu. “Wahai tuan-tuan yang sedang berbahagia, kalian melupakan
sesuatu!!” sambil berkacak pinggang.
Namja-namja itu langsung
terdiam. Dengan kompak Tae-ik, Jermy, dan Shinwoo berkata “Ada pada Chanyeol!!”
Chanyeol tersenyum sumringah
mengambil kotak yangdipegang Krystal sedari tadi lalu membukanya.
“SAENGIL CHUKKAHAEYO HENRY
LAAAAAAUUUU” teriak semuanya serentak membuat Henry tersentak.
Chanyeol yang memegang kue
ulang tahun membawanya kearah Henry. Tanpa sadar Henry berdiri dari kursi
malasnya. Sebelumnya dia ingin marah karena jantungnya hampir saja copot, tapi
begitu melihat kue dan teman-temannya menyanyikan lagu itu wajahnya
berseri-seri, dia nampak terkejut, terharu, bahagia, semuanya bercampur aduk
dan berkumpul diperutnya. “Saengil chukka hamnida~ saengil chukka hamnida~...
“.
Air matanya menetes saking
bahagianya.
“Aigoo, malah menangis. Cepat
make a wish lalu tiup lilinnya!” seru Hyesung. Sejak kecil memang dia yang
paling semangat saat akan meniup lilin.
Henry menutup matanya lalu
meniup lilin-lilin yang ada diatas kue itu lalu disambut riuh tepuk tangan dan
sorak sorai dari teman-temannya.
‘Terima kasih teman-temanku,
kalian sangat berharga untukku. Dan kau Hyesung, terima kasih banyak’ batin
Henry. Dia terlalu gengsi untuk mengucapkannya langsung.
Acara malam itu berjalan
dengan lancar dan sangat seru. Tidak ada masalah. Mereka sangat menyukai
makanan dan minumannya. Dan akhirnya Hyesung dan Krystal berdamai pada malam
itu. Dan yang terpenting, rahasia mereka tetap terjaga dengan baik. Sesekali
Henry memerhatikan Hyesung yang bergumul dengan asap pembakaran sambil
tetawa-tawa karena lelucon yang dibuat Chanyeol dan Tae-ik. Dia –Henry- ingin
membantu tapi dia terlalu gengsi untuk melakukan itu, dia tidak ingin terlihat
terlalu akrab dengan yeoja itu.
Gadis itu, tawanya yang begitu
bebas. Dia sangat cerewet, ceria, aktif, hampir tak ada sedikitpun terpancar
kesedihan. Dia terlalu bahagia. Tapi, kenapa disaat menyinggung masa lalunya
dia langsung berubah drastis? Senyum itu, tawa itu, kecerewetannya, hilang.
“Bro! aku ke WC sebentar.”
Pami Chanyeol membuat Henry sadar dari lamunannya. Dia hanya mengangguk
memperbolehkan.
Sedangkan Jieun juga ingin ke
WC. Sesampai di dalam rumah mereka –Chanyeol dan Jieun- malah berebutan ingin
masuk duluan.
Bibi Gong yang melihat itu
langsung menghampiri. “Nona, ada apa?”
“Aku ingin memakai WC bi,
tapi...”
“Ah, gwaenchanna. Nona pakai
saja WC di kamar nona Hyesung. Mari bibi antar.” Saran bibi gong ramah.
Jieun bingung. “Bibi bilang
apa? Kamar Hyesung?” tanya Jieun bingung tapi santun. ‘ah, tidak mungkin Sun
Hyesung’ batinnya.
“Iya, kamar nona Hyesung. Ada
apa?” tanya bibi Gong sopan.
“ah, temanku juga ada yang
bernama Hyesung. Apa penghuni rumah ini ada yang bernama Hyesung juga?”
“ah, nona ini. Tentu saja dia
teman nona.”
TBC
__________…..~~ooOoo~~…..__________
Readerdeul, gimana chapter
kali ini? Kayanya rada kaku gitu yah? Tapi, semoga kalian suka dan gak
bosan-bosan nunggu kelanjutannya yaah ^^
Buat
cucuku, semoga kamu suka yah :* :* :*
#FlyWithKyu
MOHON MAAF UNTUK CHAPTER SEBELUMNYA, AUTHOR
SALAH TARUH MARGA AYAH DARI HYESUNG. HARUSNYA MARGA AYAH HYESUNG ITU ‘SUN’ TAPI
AUTHOR MALAH NULIS ‘KIM’. SEKALI LAGI MAAF~