Minggu, 17 Desember 2017

[Laporan]Kimia Analisis Farmasi ANION

LABORATORIUM KIMIA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISIS FARMASI
“PEMERIKSAAN ANION”




OLEH :
NAMA                       :  FENI SUGANDI
STAMBUK  :  150 2014 0105
KELAS / KLP         :  C4 / 4
ASISTEN     :  



FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
     Kimia analisis dapat dibagi dalam dua bidang yang disebut dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas indentifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel. Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Zat yang ditetapkan, yang sering dirujuk sebagai konstituen yang diinginkan atau analit, dapat merupakan sebagian kecil atau sebagian besar dari contoh yang dianalisis.
Reaksi identifikasi merupakan reaksi kimia yang dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam sampel tertentu. Dalam analisis kimia kualitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion anion dengan menggunakan pereaksi spesifik dan selektif. Anion adalah ion yang bermuatan negatif. Adapun sifatnya dapat berikatan dengan kation, kebanyakan klorida larut dalam air. Resi penukar ion itu aslinya ada dalam bentuk klorida, diubah menjadi bentuk nitrat dengan mencucinya dengan larutan natrium nitrat.
     Dalam analisa anion dikenal adanya analisa kering dan analisa basah. Analisa kering meliputi pemeriksaan organoleptik (warna, bau, rasa) dan pemanasan. Analisa basah adalah analisa dengan melarutkan zat-zat dalam larutan. Analisa basah meliputi pemeriksaan kelarutan dalam air. Reaksi pengendapan filtrasi atau penyaringan dan penyisian endapan. Dalam analisa anion juga ada uji anion saring mengganggu misalnya CO32- dan SO32- dan NO3-, dan lain-lain.
     Analisa anion adalah analisa yang bertujuan untuk menganalisa adanya ion dalam sampel. Sedangkan analisa kualitatif untuk mengetahui jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu sampel. Penggolongan kation atau anion dilakukan untuk memudahkan analisa kualitatif, anorganik. Dalam hal ini memudahkan mencari pereaksi untuk mengidentifikasinya. Karena kation suatu golongan tidak diketahui dalam suatu campuran, maka dapat dianalisis dengan mudah dengan cara menambahkan reaksi dengan kondisi tertentu, sehingga dapat terpisah beda tiap golongan.
1.2 Maksud Praktikum
     Adapun maksud dari praktikum ini adalah mengetahui dan mempelajari cara-cara mengidentifikasi anion yang terdapat dalam suatu sampel.
1.3 Tujuan Praktikum
     Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mengidentifikasi anion golongan I, II, dan III serta uji penegasan yang terdapat dalam suatu sampel dengan menggunakan beberapa perekasi yang spesifik.



















BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
     Secara Tradisional, kimia analitik dibagi menjadi dua jenis, yaitu kimia analisis kualitatif dan kimia analisis kuantitatif (Huda, 2009). Analisa kualitatif mempunyai arti mendeteksi keberadaan unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Metode analisis kualitatif menggunakan beberapa pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion suatu larutan (Nugraha, 2009).
     Kimia analisis melibatkan penggunaan sejumlah tehnik dan metode untuk memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa, spesies, dan atau senyawa-senyawa yang ada didalam sampel. Dengan kata lain analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif adalah analisis dan untuk menentukan jumlah (kadar) absolute atau relatif dari suatu elemen atau spesies yang ada didalam sampel. Metode analisis merujuk pada penetapan kadar senyawa tertentu dalam evaluasi hasil pengukuran, sedangkan prosedur analisis merupakan serangkaian proses. Dimulai dari penyiapan sampel sampai evaluasi hasi pengukuran. (Imam, 2008).
     Analisis anion tidak jauh berbeda dengan analisis kation, hanya saja pada analisis anion tidak memiliki metode analisis standar yang sistematis seperti analisis kation. Uji pandahuluan awal pada analisis anion juga berdasarkan pada sifat fisika seperti warna, bau, terbentuknya gas, dan kelarutannya. Beberapa anion menghasilkan asam lemah volatil atau dioksidasi dengan asam sulfat pekat (Widiarto, 2011).
     Metode untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti pada metode unutk mendeteksi kation. Sampai saat ini belum pernah dikemukakan suatu skema yang benar-benar memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum ke dalam golongan utama dan dari masing-masing golongan menjadi anggota golongan tersebut yang berdiri sendiri. Skema identifikasi anion bukanlah skema yang kaku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu sub-golongan (Shvela, 1985).
     Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama bergantung pada kelarutan dalam pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, garam zink ini hanya boleh dianggap berguna untuk memberi identifikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema identifikasi anion bukan skema yang baku karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu subgolongan, umumnya anion dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu golongan sulfat, golongan halida, dan golongan nitrat (Shvela, 1985).
     Untuk memudahkan menganalisa anion, diusahakan dulu dalam bentuk senyawa yang mudah larut dalam air. Umumnya garam-garam natrium mudah larut dalam garam karbonat dari logam-logam berat sukar larut dalam air, sehingga apabila zat yang akan dianalisa berupa zat yang sukar larut atau memberi endapan dengan Na2CO3, maka dibuat dahulu berupa ekstrak soda, kemudian dipisahkan dari endapan yang mengganggu tersebut (Anonim, 2015).
     Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji yang berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan, dengan pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis kulitatif dilakukan dengan cara basah (Shvela, 1985).


2.2 Prosedur Kerja (Anonim, 2015)
a.     Uji Organoleptis
1)     Amati bentuk dan warna yang ada pada sampel.
2)     Hirup bau hingga tercium bau khas dari sampel.
b.     Uji Golongan
1)     Siapkan alat dan bahan.
2)     Ambil sampel HR 37 secukupnya, lalu masukkan ke dalam tabung reaksi.
3)     Teteskan 3 sampai 5 tetes AgNO3.
4)     Kocok dan amati perubahan yang terjadi.
5)     Ambil sampel HR 37 secukupnya, lalu masukkan ke dalam tabung reaksi.
6)     Teteskan 3 tetes FeSO4 segar. Tambahkan 3 tetes H2SO4.
7)     Kocok dan amati perubahan yang terjadi.
c.     Uji Spesifik
1)     Siapkan alat dan bahan.
2)     Ambil sampel HR 37 secukupnya, lalu masukkan ke dalam tabung reaksi.
3)     Teteskan 1 tetes H2SO4. Tambahkan 1 tetes KMnO4. Tambahkan aquadest.
4)     Kocok dan amati perubahan yang terjadi.










BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
     Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, dan botol semprot.
3.2 Bahan Praktikum
     Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel HR 37, aquadest, AgNO3, NH4OH, FeSO4, H2SO4, dan KMnO4.
3.3 Cara Kerja
a.     Uji Organoleptis
Amati bentuk sampel, amati warna yang ada pada sampel, lalu hirup bau hingga tercium bau khas dari sampel.
b.     Uji Golongan
Siapkan alat dan bahan. Ambil sampel HR 37 secukupnya, lalu masukkan ke dalam tabung reaksi. Teteskan 3 sampai 5 tetes AgNO3. Kocok dan amati perubahan yang terjadi. Ambil sampel HR 37 secukupnya, lalu masukkan ke dalam tabung reaksi. Teteskan 3 tetes FeSO4 segar. Tambahkan 3 tetes H2SO4. Kocok dan amati perubahan yang terjadi.
c.     Uji Spesifik
Siapkan alat dan bahan. Ambil sampel HR 37 secukupnya, lalu masukkan ke dalam tabung reaksi. Teteskan 1 tetes H2SO4. Tambahkan 1 tetes KMnO4. Tambahkan aquadest. Kocok dan amati perubahan yang terjadi.







BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a.     Uji Organoleptis
Sampel
Warna
Bentuk
Bau
HR 37
Putih
Serbuk, hablur
Tidak berbau
b.     Uji Golongan
Sampel HR 37
1)     Pertama-tama, sampel yang diteteskan AgNO3 terjadi pengendapan. Endapan berwarna putih.
2)     Sampel yang diteteskan FeSO4 segar dan H2SO4 membentuk cincin tebal putih dipinggiran dinding tabung.
c.     Uji Spesifik
1)     Mula-mula, sampel yang ditetesi H2SO4 larut. Setelah di tambahkan KMnO4 dan aquadest larutan berubah menjadi ungu dan ada endapan coklat didasar tabung.
4.2 Pembahasan
     Analisa kualitatif adalah suatu analisa yang bertujuan untuk mengetahui keberadaan zat tertentu dalam sampel. Anion adalah atom yang bermuatan negatif bila kelebihan elektron. Analisis anion melalui serangkaian uji, yaitu uji organoleptis, uji golongan, dan uji spesifik untuk menunjukan anionnya. Pemisahan secara fisik dari anion umumnya tidak penting, karena uji spesifik anion hanya peka terhadap anion tertentu dan tidak peka untuk anion lainnya. Hanya bila terjadi interferensi atau gangguan alam suatu analisis anion oleh anion lain, maka diperlukan langkah awal proses pemisahan.
Uji arganoleptis merupakan uji pendahuluan. Uji ini meliputi  pengamatan bentuk, warna, rasa, dan bau sampel. Pengamatan bentuk bertujuan untuk mengamati bentuk sampel. Apakah sampel tersebut berbentuk serabut, hablur, kristal, atau lainnya. Uji ini dapat mempermudah untuk menentukan jenis anionnya.
Berdasarkan data pengamatan, reaksi awal untuk sampel HR 37 setelah penambahan AgNO3, terbentuk endapan. Hal ini menunjukkan bahwa sampel HR 37 termasuk dalam golongan II dan golongan III, spesifiknya yaitu NO2- dan CO3- karena pada uji golongan, sampel + AgNO3 menghasilkan endapan putih. Untuk memperjelas, sampel ditetesi FeSO4 segar dan H2SO4. Setelah penambahan itu, terbentuk cincin putih tebal dipinggiran dinding tabung dan termasuk anion golongan II. Setelah itu, dilakukan lagi penambahan H2SO4, aquadest, dan KMnO4 dan terjadi pengendapan berwarna coklat didasar tabung. Cincin yang tadinya berada dibagian atas larutan (terapung) menjadi larut dan warna dari KMnO4 menghilang.
Namun, pada saat praktikum terjadi beberapa kesalahan dalam menentukan golongan dan unsur anion. Kesalahan-kesalahan yang terjadi diakibatkan oleh sampel yang tidak murni, bahan yang kadaluwarsa, dan pereaksi yang rusak atau telah terjadi reaksi kimia dengan bahan lain.















BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
     Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada praktikum anion, dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel HR 37 termasuk anion golongn II, yaitu unsur NO2-.
5.2 Saran
     Sebaiknya pada praktikum ini bahan yang digunakan dalam pengujian sampel diperlengkap dan diperhatikan kualitas dan kemurnian bahan agar lebih mudah dalam menjalankan praktikum.





















DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015, Penuntun Praktikum Kimia Analisis, UMI : Makassar.

Huda, 2009, Kimia Analisis 1, D III Analisis Kimia, FMIPA Universitas Islam Indonesia : Yogyakarta.

Imam, 2008, Reaksi Anion dan Kation, PT. Erlangga : Jakarta.
Nugraha, 2009, Identifikasi Kation, Akademi Farmasi Theresiana : Semarang.

Shvela, G., 1985, VOGEL : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, PT. Kalma Media Pustaka : Jakarta.

Widiarto, 2011, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT. Gramedia : Jakarta.

Widiarto, Sonny, 2011, Analisis Anion dan Kation, Staff Universitas Lampung : Lampung.