PJS Entertainment
Present
__________…..~~ooOoo~~…..__________
Title : I’ll Be Your Star (Chapter 2)
Author : Park Jiseon a.k.a Veny Sugandhi (@Veny_Oodl3)
*follow ne XD
Cast :
-
Henry Lau (Super Junior M)
-
Sun Hyesung (OC)
-
Yesung (Super Junior)
-
Donghae (Super Junior)
-
Chanyeol (EXO-K)
-
Park Jieun (OC)
-
Krystal (F(X))
-
And other
Length : Chaptered
Rating : PG-17
Genre : Romantic
Disclaimed : Henry, Yesung, dan Donghae adalah milik Tuhan YME dan SM
Ent. Kecuali Sun Hyesung, Park Jieun dan FF ini adalah milik saya seorang dan
PJS Ent. Jika anda menemui ff berjudul sama, saya mohon maaf. Tapi
saya berani jamin isi dan alur ceritanya pasti berbeda karena ff ini murni dari
lubuk otak saya yang paling dalam(?).
~~Di
larang keras menyalin dan memposting ulang FF ini untuk kepentingan pribadi
atau blog. Itu namanya PLAGIAT dan plagiat pantesnya di buang ke JAM BAND~~
Recommended
Song : Henry – Trap
Warning :
Typo bertebaran dimana-mana!! Jika tidak berhati-hati anda akan tertular
virusnya (?)
__________…..~~ooOoo~~…..__________
Summary :
“Aku seekor burung
yang ditinggalkan didalam sangkar kecil yang disebut dirimu.
Aku bahkan tak bisa
terbang jauh.
Aku semakin lemah
dalam dirimu. Di dalam cinta ini yang selalu tetap hidup.
Oh aku terjebak, aku
terperangkap”
# Henry – Trap #
__________…..~~ooOoo~~…..__________
Sebelumnya…
“Sungie-ya,
sepertinya orang sana sejak tadi memperhatikanmu” Donghae mengangkat dagunya
menunjuk ke arah belakang Hyesung. “hem? Nuguya?” Hyesung berbalik. Saat itu
juga, yang dimaksud Donghae langsung mengalihkan pandangannya. Namja itu sedang
berdiri bersama teman-teman klub basketnya. Mereka baru selesai latihan dan
sekarang sedang beristirahat.
“aahh...biarkan!
Aku tidak peduli” Hyesung melanjutkan makannya.
TBC
__________…..~~ooOoo~~…..__________
#Author POV
Henry
menghembuskan nafasnya dalam satu tarikan nafas. Riuh yeoja-yeoja penggemarnya
membuat perasaannya makin berantakan. Benar-benar tidak ada yang menarik. Sudah
lebih 15 menit dia duduk dipinggir lapangan untuk beristirahat. Ditariknya
handuk kecil yang tergantung dilehernya menutup wajahnya. Akhirnya, dia
memutuskan ke kantin bersama teman – temannya, salah satunya Chanyeol.
“Henry-ya,
yeoja itu datang lagi.” Ujar namja jangkung disebelah kanan Henry. Henry
melihat seorang yeoja menghampirinya dengan senyuman yang sangat manis namun
memuakkan baginya.
“Kami ke kantin
duluan, yah.” Ujar Chanyeol dan pergi dari situ bersama yang lainnya. Henry
hanya menatap kedatangan yeoja itu dengan malas.
“Oppa, kita balikan
yah.” Untuk kesekian kalinya dia mendengar yeoja itu kembali memohon lagi
padanya. Tak ada kata balikan di kamus seorang Henry. Apalagi yeoja itu yang
berselingkuh dengan Kai. Dia adalah yeoja yang baru diputuskannya minggu lalu.
“Dengar
Krystal-ah. Aku tidak ingin kembali lagi denganmu! Kenapa kau masih terus
memaksaku hah? Ada apa dengan hubunganmu bersama namja itu. Bukankah waktu itu
kau meninggalkanku karena dia!” ekspresi wajah Krystal mendadak berubah. Ia
menunduk menatap kakinya. Henry bergerak hendak meninggalkannya.
“Dia tidak
lebih baik darimu.” kini dia menahan lengan Henry. Sebenarnya namja yang
dimaksud itu merupakan penyelamat bagi Henry, karena ia juga sudah bosan
berhubungan dengan yeoja manja sepertinya. Dia melanjutkan “berikan aku alasan
mengapa kau menolakku. Apa kau sudah mempunyai yeoja lain?”
“itu bukan
urusanmu.” Kemudian Henry menghempaskan tangannya begitu saja. Henry pergi
menyusul teman-temannya ke Kantin meninggalkan Krystal yang mematung di
koridor.
>SKIP<
@Kantin
Belum
lagi hilang rasa kesalnya, kini sesampainya dikantin Henry langsung disuguhkan
pemandangan yeoja yang sangat menyebalkan baginya sedang duduk disalah satu
meja kantin yang merupakan tempat favoritnya. Bagaimana tidak menyebalkan bagi
Henry, dihari pertama dia tinggal di rumah Henry saja, dia sudah menjatuhkan
harga diri Henry seperti sampah. Tanpa sadar, sejak tadi Henry terus menatap
jengkel yeoja itu hingga yeoja itu berbalik barulah dia mengalihkan
pandangannya.
Henry
masih tak habis pikir. Ayahnya tak cukup hanya membuat Henry serumah dengan
yeoja itu, bahkan yeoja itu juga dipindah sekolahkan bersama dengan dia.
Beruntung dia kelas 1 dan Henry kelas 2, jika tidak, mungkin Henry akan mati
karena kesal terus bertemu dengan yeoja itu.
“Kau tidak mau
memesan apapun?” suara Chanyeol membuyarkan lamunannya.
“ah! Saking
kesalnya aku sampai lupa memesan makanan.” Ujar Henry. Chanyeol hanya tersenyum
dan duduk dibangku terdekat bersama makanannya sementara Henry pergi memesan
makanannnya sendiri. Setelah itu Henry kembali dan duduk berhadapan dengan
Chanyeol.
“Othae? Apakah
kau dan Krystal sudah balikan lagi?” Tanya Chanyeol penasaran hingga
mencondongkan tubuhnya. Bagaimana tidak penasaran, Krystal adalah popular dan
tercantik seantero SMA ini.
“Micheosseo?”
balas Henry jengkel. “Sekarang aku tidak ingin memikirkan yang namanya yeoja
dulu.” Lanjutnya sambil mengunyah makanan.
Chanyeol
mengibaskan tangannya didepan wajah Henry. “Sejak kapan seorang Henry Lau tidak
ingin memikirkan yeoja?” ujarnya disusul cekikikan khasnya. “Aku berani
bertaruh, tidak sampai seminggu kau sudah menggandeng seorang yeoja lagi.”
Lanjutnya sambil mengayun-ayunkan sumpitnya. Henry hanya mendesah. Seorang
yeoja dirumah saja sudah membuatnya kesal, dan ditambah yeoja manja itu? Oh,
tidak! Saat ini dia benar-benar ingin menjauhkan diri dari makhluk berjenis
kelamin yeoja dulu.
“Oh ya! Yeoja
yang disebelah sana, dia targetku, jangan kau ambil!” telunjuk Chanyeol
menunjuk ke salah satu yeoja yang duduk bersama namja di tempat favorit mereka.
Mata
Henry melotot begitu tahu siapa yang dimaksud. “Mwoya??!!”
Menyadari
bahwa seluruh orang dikantin memandangi mereka akibat teriakannya barusan,
Henry mengubah ucapannya menjadi bisikan. “Matamu sudah juling, kah?”. Chanyeol
hanya meminum kuah ramennya dari mangkuk. “ahh.. tipeku memang berbeda
denganmu. Bukankah Hyesung sangat cute?.” Balasnya sambil mengedipkan sebelah
matanya. Henry hanya mengembuskan nafas beratnya sambil menyandarkan tubuhnya.
“Geurae,
yeoja yang dibawa appamu nuguya? Jangan bilang kalau itu istri kedua!” Henry
jadi lemas mendengarnya. Tadinya dia ingin bilang kalau yeoja yang Chanyeol
taksir itulah yang dibawa kerumahnya. Tapi, gengsinya terlalu tinggi untuk
mengakui bahwa dia tinggal serumah dengan yeoja itu.
***
Hari ini merupakan awal musim panas. Tidak
heran meskipun matahari sudah sejak sejam yang lalu tenggelam, suhunya masih
terasa panas bagi Henry. Dia jadi tergoda untuk berenang. Hanya dengan celana
renang, dia menceburkan tubuhnya di kolam renang yang luas itu. Percikan air
mendominasi suasana sepi disekitar situ. Rumah ini memang lebih pantas disebut
kuburan. Bagaimana tidak? Sebelum Hyesung pindah dirumah ini, satu-satunya
remaja dirumah ini adalah dia. Orang tuanya yang super sibuk itu terlalu haus
dengan harta - itu menurut Henry-. Dia hanya ditemani 2 pelayan, 2 pembantu, 1
tukang kebun, dan 2 satpam. Benar-benar menyedihkan. Hingga Henry cukup heran,
ayahnya masih sempat juga memikirkan orang lain. Dia masih punya belas kasihan
untuk mengangkat Hyesung sebagai putrinya. Meskipun dengan latar belakang yang
tidak jelas –Menurut Henry lagi-. Selama ini Henry mengira, ayahnya hanya
memikirkan bagaimana caranya mendapatkan keuntungan, bagaimana caranya
memperluas kerjasama internasional, dan bla.. bla.. bla.. Henry sangat muak
dengan semua itu.
Henry mencapai tepi kolam dengan
kedua tangannya dan berbalik menyandarkan tubuhnya di salah satu sisi kolam
renang yang lansung menghadap balkon atas. Dari bawah sini, terlihat piano
hitam bertengger disudut kirinya. Sosok yeoja kecil nan imut berumur sekitar 6
tahun tiba-tiba terbayang. Dulu, sebelum gadis kecil itu pergi, mereka sering
menghabiskan waktu disana. Bermain piano sambil tertawa bersama. Gadis kecil
itulah yang menghilangkan rasa kesepiannya, mengajarinya apa itu kasih sayang,
sekaligus yang membuatnya menjadi playboy seperti ini. Mungkin dialah cinta
pertamanya. Sesungguhnya apa yang dilakukan Henry pada yeoja-yeoja itu
semata-mata hanya karena dia kesepian. Kepergian gadis kecil itu ke Indonesia
karena bisnis orang tuanya membuat Henry menjadi uring-urinngan.
Kehadiran Hyesung mungkin sedikit membuat rumah ini ramai. Disebabkan
celotehannya ketika membantu para pelayan dengan suara cemprengnya, dan
terkadang suara gelak tawanya yang memenuhi seisi rumah. Meskipun terlahir dari
keluarga kaya, ternyata yeoja itu pandai memasak dan melakukan pekerjaan
lainnya. Dan paling menakjubkan – Bagi Henry – yeoja itu tidak mau hanya duduk
terima beres seperti yeoja mantan-mantannya. Sudah tiga minggu dia tinggal di
sini, dia tetap membantu para pekerja yang kelewat banyak dirumah itu.
Setiap pagi, yeoja itu yang memasak sarapan mereka dan makan bersama
di meja makan. Henry yang selalu diam padanya tidak dihiraukan. Setiap duduk
bersama dimeja makan, Hyesung selalu mengajaknya bicara. Tak peduli mau di
tanggapi atau tidak, dia tetap bercerita apapun. Terkadang, Henry sendiri
bingung. Apa benar yeoja itu baru ditinggalkan kedua orang tua dan kakaknya?
Tak ada goresan berkabung sama sekali dalam tiap kata dan ekspresinya. Terlalu
ceria.
Beberapa menit kemudian, seseorang
muncul dari balik pintu di balkon sana. Dia menarik kursi hingga ke tepi balkon
dan melipat kedua tangannya didepan, kemudian menopang dagunya disana sambil
melihat ke atas. Mulutnya komat-kamit seperti bicara sendiri. Henry menemukan
perubahan pada ekspresi yeoja itu. Sekarang, yeoja itu tidak seperti biasanya.
Wajahnya menampakkan kesedihan yang mendalam. Seperti ada sesuatu yang
membuatnya begitu rapuh. Sedetik kemudian Henry seperti melihat pantulan cahaya
kecil dari pipi yeoja itu. Itu seperti… air mata? ‘Jinjja? Yeoja itu bisa
menangis juga rupanya’ pikir Henry dalam hati.
Kemudian Henry kembali menyelam dibalik air sebelum terdengar
teriakan dari balkon. “Hyaaaaaaa!!!!!!” Henry menghentikan aktifitasnya dan
melihat ke atas. Eoptta. Yeoja itu tidak ada lagi disana. Apakah yeoja itu
dalam bahaya? Henry cepat-cepat naik tanpa memakai handuk lagi saking paniknya.
Henry langsung membuka pintu kamar Hyesung tanpa permisi. Di cari sosok
Hyesung diseluruh sudut ruangan tapi tak ditemukan. Tiba-tiba Hyesung muncul
dari balik pintu kamar mandi dengan keadaan sehat wal afiat(?).
Matanya hampir keluar melihat Henry sudah ada di dalam kamarnya
dengan keadaan tanpa baju. “Yyaa! Apa yang kau lakukan disini dengan penampilan
seperti itu.” Bentaknya sambil beralih kemeja rias mengambil gunting dan
menyodorkannya ke arah Henry. Siapa yang tidak takut, malam-malam begini
seorang namja masuk dalam kamar yeoja hanya dengan celana renang?.
Henry kemudian terpikir untuk mengerjai yeoja ini. Di tunjukkan
seringaiannya pada yeoja itu sembari mendekat. “Yya! Jangan mendekat! Atau ku
tikam kau.” Pekiknya. Kini tubuh yeoja itu semakin gemetaran ketika Henry
menggapai tangannya dan mengambil gunting itu lalu melemparnya asal.
Hyesung terus berusaha melepaskan genggaman Henry pada kedua
tangannya yang sangat kuat. “Henry-ya, jebal. Aku yeoja baik-baik tidak tahu
yang begitu-begituan.” Hyesung terus memelas tapi tak dihiraukan. Henry hanya
diam dan terus mendesaknya mundur hingga kehilangan keseimbangan karena kakinya
sudah mentok di ranjang. Otomatis dia jatuh dengan Henry yang menindih
tubuhnya. Mulutnya sibuk komat-kamit tidak keruan.
“Aigoo,.. tolong bunuh manusia ini ya Tuhan! Kutuk dia jadi monyet atau
bunuh dia sekalian ya Tuhan! Atau bakar dia dengan naganya author(?). Henry-ya,
andwae!”
Henry mencoba menahan tawanya melihat yeoja itu menutup matanya
sambil berbicara tidak keruan. Dia semakin mendekatkan wajahnya hingga tinggal
5 cm jarak wajah mereka. Hingga Henry tidak bias menahan tawanya lagi.
“Huwahahahahaha……” Henry langsung menjatuhkan bokongnya dilantai dan tertawa
terpingkal-pingkal di samping ranjang.
Hyesung membuka mata dan melihat Henry yang sedang asik tertawa di
lantai. Tangan kanannya memegang perutnya dan tangan kirinya memukul-mukul
lantai. Bahkan wajahnya memerah karena itu. “Apa yang kau tertawakan!!” pekik
Hyesung yang sudah berdiri tegak dihadapan Henry.
Henry menghapus air mata yang sedikit keluar dari sudut matanya.
“Kau, kau lucu sedali kalau seperti tadi.” Kemudian melanjutkan tawanya lagi.
Hyesung sadar bahwa dia hanya dikerjai. Dia lega karena hanya
dikerjai sekaligus jengkel. Dia sedikit berjongkok di dekat telinga Henry.
“TIDAK LUCU!!!!!” teriaknya membuat Henry meringis memegang telingannya.
Teriakan 20 oktaf Hyesung sukses membuat tawanya terhenti dan membuat
telinganya berdengung. Sepertinya Henry harus segera ke dokter THT setelah ini.
Henry berdiri. Hyesung menjauh. “Mian, tadi aku hanya bercanda.”
Ujarnya.
“Tidak dimaafkan!” bentak Hyesung. Henry langsung mendekatinya dan
Hyesung langsung menghindar. “Waeyo? Lagi pula aku tidak bernafsu dengan yeoja
sepertimu.”
“Yya! Tadi aku betul-betul ketakutan. Apa lagi dengan penampilanmu
seperti itu. Nappeun!!” Henry langsung menunduk. Dengan penampilan seperti ini
pasti orang akan berfikir yang macam-macam. Henry tersenyum.
“Tadi aku sedang berenang dibawah, tapi kudengar kau berteriak. Jadi
langsung saja aku ke sini. Sebenarnya ada apa sih?” Henry melipat kedua tangannya
didepan dada.
“Tadi tiba-tiba ada sesuatu yang menyentuh kakiku ketika berjalan
masuk dari balkon.” Henry mengerutkan keningnya. “Tapi ternyata itu cuma
kucing.” Hyesung nyengir. Tiba-tiba muncul ‘Ogi’ kucing Persia peliharaan
Eommanya dari bawah meja.
Henry mendadak lemas dan membanting bokongnya disofa. Capek-capek dia
lari dari bawah tanpa handuk, ternyata hanya kucing. “Kenapa kau berteriak
heboh sekali!!” Henry amat menyesal tapi juga senang karena sudah mengerjai
Hyesung.
“Terserah dong! Pokoknya kau tidak dimaafkan!” yeoja itu sedikit
menekan pada kata maaf. “Kecuali kalau kau memberiku coklat.” Lanjutnya.
“Mwo??” Henry menepuk dahinya. Benarkah yeoja ini berumur 15 tahun?.
Tadi dia baru saja memergokinya sedang menangis di balkon. Dan sekarang kembali
seperti ini lagi? Henry tak habis pikir.
“Mau ku maafkan tidak? Ini juga bukan pertama kali kau masuk
seenaknya dikamarku.” Kata Hyesung. “Geurae! Aku akan mengambilkan coklat
dibawah.” Henry melenggang malas menuju pintu. Hyesung hanya menatapnya sinis.
Henry menuruni tangga dengan senyum sumringan. Dia masih ingat jelas
wajah ketakutan Hyesung tadi. Dia benar-benar puas mengerjai yeoja itu! Rasakan
kau, yeoja menyebalkan! Tapi ternyata, yeoja itu tidak terlalu buruk. Ini
pertama kalinya mereka mengobrol selama ini. Tiba-tiba muncul rasa ingin
berteman dengannya.
***
Belum usai latihan dance pagi ini, tapi Henry sudah memilih
istirahat. Dia merasa kurang enak badan. Mungkin karena bertelanjang dada dalam
waktu yang lama, tadi malam.
Merasa aneh melihat temannya, Chanyeol mencoba menghampiri Henry di
pinggir ruangan yang tiap sisinya di lapisi cermin itu. Ini adalah ruang
latihan dance untuk boyband sekolah. Salah satunya boyband “The Cupid”. The
Cupid beranggotakan 5 orang, Henry, Chanyeol, Tae-ik, Jermy, dan Shinwoo.
“Gwaenchana? Sepertinya kau sakit.” Tanya Chanyeol setelah menepuk
bahu temannya itu. Dia mengambil posisi duduk disamping Henry.
Henry memutar kepalanya kearah Chanyeol yang sedang meneguk minuman
isotoniknya. “Aku tidak enak badan.”
“Kenapa tidak pulang saja? Bukankah Jiseon seonsaengnim tidak masuk
hari ini.” Saran Chanyeol. Henry berpikir sejenak. Sepertinya itu bukan ide
yang buruk. (ceritanya author jadi guru tari sedangkan Kyuppa guru vocal!
kyyyyyaaaaa >.<)
“Geurae, aku ke loker dulu.” Henry berdiri dan tersenyum. Chanyeol
mengangguk sambil menunjukkan kepalan tangan dan Henry membalasnya. Kebiasaan
mereka, saling membenturkan kepalan tangan. Maklumlah, mereka sudah bersahabat
sejak sekolah dasar. “Aku pulang duluan, ne?” Henry pamit pada member lain dan
dibalas acungan jempol karena mereka masih sibuk membuat gerakan baru.
Henry melangkahkan kakinya di koridor sekolah yang sepi. Tempat ini
memang sepi karena letak ruang latihan dibelakang gedung yang digunakan untuk
kelas. Diujung koridor Henry menangkap sosok yeoja yang sangat dikenalnya.
Hanya butuh waktu sedetik untuk mengetahui siapa orang itu. Krystal Jung. Ini
bukan waktu yang tepat untuk bertemu yeoja cengeng itu. Henry terus berjalan
hingga melewatinya.
“Oppa, kita balikan yah?” lagi-lagi 4 kata itu yang didengarnya.
Henry mendengus dan berbalik dengan terpaksa. Menatap malas wajah yeoja itu.
“Kau memohon sampai mati pun aku tidak mau, Krystal-ah.” Setelah
menyelesaikan kalimatnya, Henry melanjutkan langkahnya.
“Wae?” Krystal hampir berteriak. Itu membuat suara menggema diseluruh
koridor. “Seharusnya kau bersyukur. Yeoja paling cantik disekolah ini mau
mengejar-ngejar namja murahan sepertimu.” Lanjutnya dengan dada yang kembang
kempis menahan emosi.
“Mwo?” sekali lagi Henry berbalik dengan mata yang berkilat-kilat.
Dia benar-benar marah. “Kau bilang aku namja murahan?” Henry maju selangkah. “Kaulah
yang MURAHAN!!” Henry berteriak tepat didepan wajah Krystal. Dia memberi
penekanan pada akhir kalimatnya.
Satu kata itu sukses membuat air mata Krystal jatuh begitu saja. Dia
langsung berlari, pergi dari tempat itu sambil menutup wajahnya. Henry hanya
melihat yeoja itu pergi dengan tangan terkepal. Kalau saja dia bukan yeoja,
mungkin dia sudah babak belur dipukuli oleh Henry.
Henry kembali melanjutkan jalannya. Loker mereka memang berada cukup
jauh. Dia harus menuruni tangga ke lantai satu dulu. Entah kenapa, Henry merasa
kepalanya semakin pusing. Apakah dia bisa bertahan hingga kebawah sana? Henry
menatap takut lantai dibawah sana. Baru saja dua anak tangga diinjaknya,
semuanya menjadi gelap dan yang terakhir didengarnya hanya teriakkan orang yang
tak tahu siapa itu.
***
Henry membuka mata. Semua tampak tidak asing dimatanya. Sekilas saja,
dia tahu ini kamarnya.
“Kau sudah sadar?” suara seseorang terdengar dari arah kirinya. Suara
itu tidak asing lagi. Suara itu yang terakhir didengarnya sebelum semuanya
menjadi gelap. Seluruh tubuhnya terasa nyeri.
“Apa yang terjadi?” Henry langsung bertanya. Orang itu menyandarkan
tubuhnya disandaran sofa yang berada disamping tempat tidur Henry itu.
“Tadi kau pingsan, kenapa kau memilih pingsan ditempat itu, eoh!”
Hyesung memajukan tubuhnya ke Henry.
“Mana aku tahu! Kalau bisa memilih juga pasti aku lebih memilih
pingsan di atas kasur.” Balas Henry ketus. Hyesung melirik Henry dengan ekor
matanya.
“Benar juga!” Gubrak!!! Dua kata itu keluar dengan polosnya dari
mulut Hyesung. Henry menepuk dahinya frustasi.
“Hajiman, kau lihat!” Hyesung menunjuk keningnya yang tertutup
plester luka. Henry melihatnya dengan kening yang berkerut. “Kau jatuh tepat di
atasku dan keningku tergores benda ditanganmu itu.” Hyesung menoel-noel cincin
bermata tengkorak ditangan kiri Henry.
“Hehe,.. mianhaeyo. Dan kenapa aku bisa sampai disini? Apa kau yang
mengangkatku? Apa kau yang menyetir? Apa kau yang tadi berteriak sangat kencang
itu? Apa Chanyeol tahu kalau tadi aku terjatuh?” Kini Hyesung yang menepuk
dahinya frustasi. Ternyata namja ini termasuk namja cerewet.
Pertanyaan-pertanyaan itu keluar dari mulutnya seperti kereta ekspres yang
rusak remnya.
#Flasback
“Hyesung-ah, kau mau kemana?” Tanya Jieun
ketika melihat Hyesung pergi. “aku mau ke loker mengambil buku biologiku”
jawabnya sambil berjalan.
Hyesung berjalan dengan santai memasuki
koridor kelas yang agak sepi. Sebelum sampai loker, Hyesung harus melalui
tangga dari lantai dua dulu. Beberapa meter setelah melewati tangga, Hyesung
mendengar teriakkan yang cukup besar dari atas. Hyesung menghentikan langkahnya
dan berbalik ke arah tangga. Semenit kemudian seorang yeoja berlari dari atas
sambil menutup wajahnya.
Penasaran, Hyesung kembali ke tangga. Dia
melihat Henry berdiri diambang tangga sambil meremas kepalanya. Sepertinya dia
dalam keadaan yang tidak baik.
“Hen… yaaa!” baru saja Hyesung ingin
memanggil namanya, Henry sudah terjatuh dari atas sana. Panik, Hyesung langsung
maju hendak menahan Henry namun naas. Tubuh Henry terlalu berat dan malah
menimpa Hyesung.
“Bag.. bugh.. bruk” Tangan kirinya berhasil
menimpa wajah Hyesung. Begitu Henry terjatuh, Hyesung masih dalam keadaan
jongkok di anak tangga ke tiga. Hyesung mencengkeram erat kaus Henry sebelum
kehilangan keseimbangan dan jatuh bersama Henry dilantai. Tubuhnya seperti sehabis
dijatuhi meteor. Dan lebih parahnya lagi, tak ada seorangpun disana. Tak ada
siapapun yang bisa membantunya mengangkat manusia berat diatasnya itu.
#Flashback End
“Huwahahahaha……” Henry tertawa terbahak-bahak
diakhir cerita Hyesung. Itu membuat Hyesung memasang wajah jengkelnya. “Jangan
ketawa!!” pekik Hyesung lalu mencubit tangan kiri Henry.
“Aw aw aw aw.” Jerit Henry ketika tangan
Hyesung mencubitnya. “Mianhae, lalu bagaimana caranya kau membawaku sampai
disini?”
“Kebetulan ada tukang kebun yang lewat. Dia
yang mengangkatmu ke mobil. Setelah itu aku menelepon Han ahjussi (sopir
pribadi ayah Henry) untuk menjemputmu.” Hyesung memiringkan kepalanya menatap
Henry. Henry hanya mengangguk-angguk mengerti.
“Lalu, kau disini sejak tadi?” Henry melirik
jam yang sudah menunjukkan pukul 13.45 sedangkan dia ingat waktu dia pingsan
tadi kira-kira pukul 10.30.
“Aniyo, aku baru saja pulang. Kenapa kau
pingsan lama sekali huh? Kasihan Han ahjussi dan pelayan lain yang sibuk
mencari cara menyadarkanmu. Untung saja mereka tahu nomor telepon dokter
keluargamu.” Hyesung mengomel dengan asiknya membuat Henry hanya menatapnya
heran. Lama kelamaan, Henry jadi menyukai ekspresia yeoja itu ketika
mengomelinya. Bibirnya yang terbuka tutup dengan cepat, bola matanya yang
sengaja diputar-putar(?) karena jengkel, alisnya yang bergerak-gerak tidak
karuan, dan pipinya yang dikembungkan diakhir omelannya. Itu semua lucu.
“Kenapa kau menatapku seperti itu?”.
“Ah, tidak apa-apa.” Jawabnya sambil
membangunkan tubuhnya. “eits, kau tidak boleh banyak bergerak dulu. Kata
dokter, kau harus beristirahat sampai besok.” Hyesung menahannya. Terpaksa dia
kembali meringkuk didalam selimutnya.
Hyesung meraba dahinya. “demamnya sudah mulai
turun.” Gumam Hyesung. “Dokter bilang, kau kecapekan. Ku kira namja sepertimu
tidak bisa sakit.” Godanya dan disusul cekikkan.
“Tunggu disini, tadi aku membuatkan bubur
untukmu. Setelah itu kau harus minum obatmu.” Kata Hyesung sebelum meninggalkan
kamar itu.
Tidak menunggu cukup lama, Hyesung kembali
dengan nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih hangat. Dia
meletakkan nampan itu di meja sebelah kiri ranjang Henry.
“Ireona! Kau harus makan ini.” Perintah
Hyesung. “Shireo!” jawab Henry ketus. Jawaban itu sukses membuat Hyesung
kembali mencubitnya dan Henry kembali menjerit kesakitan.
“Orang tuamu tidak ada disini. Bagaimana
kalau kau mati?” omel Hyesung sekenanya. “ya! Kejam sekali kau menyumpahiku
seperti itu.” Pekik Henry.
“Kalau begitu makanlah!” Hyesung menyodorkan
sesendok bubur.
Sebelumnya, Henry menolak untuk disuapi.
Tapi, akhirnya karena bujukkan Hyesung dia menyerah juga dan memilih untuk
menghabiskannya.
Sejenak, Henry merasa nyaman. Seumur hidupnya
belum pernah dia merasa senyaman ini. Biasanya, kalau dia sakit, eommanya pasti
hanya akan memanggil dokter dan mencekoki dia dengan obat. Setelah itu, dia
pasti tertidur dan terbangun keesokan harinya dengan keadaan membaik. Yang
menyuapi atau membuatkan bubur pun pastinya para pembantu. Bukan eommanya.
‘Apa eomma Hyesung selalu melakukan ini
setiap dia sakit?’ Henry bertanya dalam hati.
***
Tiga hari kemudian…
Henry berjalan santai menuju kelasnya
dilantai dua setelah memarkirkan mobilnya. Sebelum memasuki koridor kelas, dia
harus melewati lapangan basket.
“Henry oppa!” suara seseorang memanggilnya
dari tengah lapangan. Henry memutar kepalanya untuk melihat siapa yang
memanggilnya. Ternyata yeoja itu sangat gigih. Henry pikir, setelah dibentak
tiga hari lalu yeoja itu akan menyerah juga. Ternyata tidak.
Kini yeoja itu tengah berdiri dibawah ring
basket sambil menggulung-gulung dasinya dijarinya. Terpaksa, Henry
mendekatinya. Dalam hati dia berkata ’oppa, ayo kita balikan’.
Yeoja itu tersenyum senang melihat Henry
mendekatinya. “Oppa, ayo kita balikan!” bingo! Henry sudah hafal kata-kata itu.
Hahaha.. Henry tertawa dalam hati.
“Krystal-ah, kita berteman saja ne? jebal,
aku sudah lelah seperti ini terus.” Krystal terdiam menatap Henry. Sampai kapan
namja ini terus-terusn menolaknya? Pikir Krystal dalam hati. “Waeyo?”
“Karena aku baru saja jadian dengan yeoja
lain. Jadi, jebalyoo jangan pernah menemuiku dengan kata-kata balikan lagi.”
Kata-kata itu tanpa sadar keluar begitu saja dari mulutnya.
Krystal mengerutkan keningnya. Jadian?
Seorang Henry Lau sudah jadian dan tidak ada kabar beritanya sama sekali?.
“Keunyeoga nuguya? (Siapa dia?)” Tanya Krystal langsung.
Omona!! Henry tidak memikirkan hal itu. Siapa
yeoja itu? Henry memaksa otaknya memikirkan sebuah nama. Tapi yang ada di
otaknya hanya ada nama…
“Namanya Hyesung.” Henry langsung menutup
mulutnya dengan kedua tangannya. Kenapa nama yeoja itu yang disebutnya? Tapi
dia cepat-cepat memamerkan senyumnya lagi sebelum Krystal mencurigainya.
TBC
__________…..~~ooOoo~~…..__________
Huwaaaaaaaaahhhhhh……..
author lega banget chapter 2nya selese juga! Gimana FFnya? Mian kalo gak sesuai
keinginan reader semua. Btw, chapter ini sebernya dah jadi sejak lama, tapi
laptop author rusak T^T. jadi mesti ngetik dari awal lagi. Makanya kelamaan
deh! Ya udin, dari pada kepanjangan dan author makin panjang curhatnya. Author
akhiri sampai disini.
silahkan
kirimkan komentar, saran, atau kritik kalian ke :
Author kasih
nama FB n Twitter karena buat komen langsung di sini author akui emang susah.
Kkkkkkkk~
kelanjutannya ditunggu yah! Doain mudah-mudah cepet dapet ilham trus bisa END
dan cepet di posting,.. hohohohoho~
See you……
#TebarKisseuWithKyu
Ttd.
PJS a.k.a Park
Jiseon a.k.a Veny Sugandhi
(author terkeceh
istrinya Kyu)
#ReadersPadaMuntah